MY FORUM

Kampung Kecil Itu Bernama Mall

Mall....! Sebutan orang-orang (terutama yang dekat dengan kehidupan kota) untuk sbuah kompleks gedung bertingkat yang isinya adalah segala macam ihwal alat dan bahan pemenuhan kebutuhan belanja. Ada yang melihatnya sebagai sebuah penambah kasta taraf hidup, ada pula yang melihatnya sebagai bintang yang disentuh saja harus setengah mati. Bahkan, ada yang melihatnya sebagai “kehidupan lain” yang tak pantas disentuh, sebuah kampung yang terdiri dari orang-orang yang memang sudah akrab dengannya saja.


Pertumbuhan mall di Indonesia dinilai pesat seiring dengan dinamika dunia bisnis yang semakin kesini dinilai semakin “liberal”.

Kini, setiap kota menjadikan Mall sebagai landmark yang menjadi magnet bagi para wisatawan, dan “kampung yang indah” bagi para insan domestik-lokal.

Mall punya karakternya sendiri-sendiri. Namun secara garis besar, sama lah apa yang ditawarkan mal satu kota dengan yang di kota lain, rata-rata. Kesamaan opini dan mindset publik tentang “seperti apakah rupa mall itu” membuat para pengelola pusat kesibukan ini menjadi tidak bisa berbuat banyak dalam merubah konsep dan konten yang ada di dalam gedungnya.

ADA MALL, YA ADA SHOPPING!

Benar sekali. Mall saat ini masih diidentikkan dengan dinamika gaya hidup dan pemenuhan kebutuhan akan rasa kepuasan berbelanja (shopping). Walaupun, belakangan muncul fenomena baru yang menaruh Mall sebagai salah satu situs pertemuan dan interaksi sosial yang memiliki nilai dan rasa tersendiri, hanya itu, tanpa harus belanja.

Kondisi fisik dan desain interior sebuah mall pastilah disesuaikan dengan karakter sosial masyarakat yang disasar sebagai pangsa pasar (market target). Bangunan bertingkat berapa, jumlah eskalator (tangga elektrik) idealnya berapa, adakah musola atau tidak, atau yang remeh temeh seperti warna lampu hias bagusnya apa, semuanya jadi perhitungan yang tertuang ke dalam ranah manajemen perancanaan oleh pihak-pihak penyelenggara.

Sementara itu, di mata masyarakat, adalah kebanggaan tersendiri mengakui sebuah “kepemilikan” mal dalam sebuah kota tempat tinggal atau sekedar singgah.

“Bagaimanapun, kesenjangan sosial-ekonomi itu susah dihilangkan. Jadi, dinikmati saja sebagai bagian dari perubahan sosial yang tidak statis.”

Mall memang masih dianggap sebagai “jurang pemisah” lagu lama, yaitu “Si Kaya dan Si Miskin”.

Di dalam sana, kotak-kotak cluster toko yang berisi hiasan ini-itu dan produk yang terdiferensiasi menjadi beberapa kebutuhan, kebutuhan tersusun dan terintegrasi menjadi sebuah kesatuan wadah menikmati barang, jasa, aliran uang masuk dan belanja keluar. Orang-orang datang ke Mall akan merasa “aman” jika membawa uang sedikit berlebih. Alasannya wajar, pertama, mall bukan pasar, yang harga barangnya murah apalagi bisa ditawar atas nama pertemanan atau kekerabatan. Kedua, kebesarannya di banyak hal menjadikan Mall sebagai sebuah daya tarik yang senantiasa “menggoda”. Satu koridor di satu lantai bisa saja berisi lebih dari 20 toko yang senantiasa terbuka lebar tatkala kita melewatinya, dan lagi, hampir semua barang yang terlintas di pikiran kita (untuk dibeli) saat ini sudah disediakan oleh Mall.

Mall bagaikan dua telapak tangan yang disatukan dan berisi kumpulan benda yang selalu kita butuhkan. Makanan pokok, pakaian, minuman krim, mainan canggih, alat musik tradisional, serta instrumen-instrumen gaya hidup lainnya. DAN SEMUA ITU DISODORKAN KE DEPAN WAJAH KITA.

Namun, jika diperhatikan dengan seksama dan jeli, sebenarnya kesenjangan sosial yang tercitra pada sebuah Mall tidak begitu terasa jika ditengok ke bagian dalam dindingnya.

Mall sepertinya paham betul bahwa masyarakat sebuah daerah, kota atau desa tidak bisa dipaksakan untuk menjadi semuanya adalah orang kaya.

Di dalam sebuah mall, terbentuk sebuah jaringan kerja yang dibawahi oleh sebuah koordinasi yang teratur sedemikian rupa agar menampung tenaga kerja dari masyarakat sekitar yang notabene memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-beda.

Di sebuah toko “mewah” di dalam Mall, terdapat karyawan/karyawati yang berasal dari “kalangan biasa”. Itu salah satu point pentingnya. Deskripsinya begini.

Sebuah toko sepatu yang harga barang dagangannya rata-rata Rp 200.000 kebanyakan mempekerjakan karyawan dari kalangan pemuda 20-25 tahun dengan kualifikasi minimal lulusan SMA. Berarti, pada hakikatnya sama, yaitu sebagian orang-orang yang kerja di Mall adalah orang-orang dengan kebutuhan ekonomi masih terbatas pada kebutuhan vital alias primer.

Ada lagi, petugas kebersihan. Yang ini lebih logis lagi. Mungkin akan terdengar lucu jika sorang petugas kebersihan dipekerjakan di sebuah mall dengan kualifikasi penerimaannya minimal sarjana berketerampilan khusus.

Mau bagaimanapun juga, orang “kaya” bisa menikmati itu semua karena ada orang “sederhana” seperti mereka yang kerja di balik pintu-pitu karyawan teknis.

Bagaimanapun, saat ini Mall sudah menjadi bagian daari kehidupan manusia di seluruh dunia tak terkecuali di sini. Mall menjadi pengingat akan sejauh mana kita melangkah sebagai manusia berilmu dan beradab. Mall menjadi “sang penghibur” kala salah satu dari kita menyesali atau menangisi sebuah bentuk ketidakadilan. Mall selalu menjadi yang pertama dan termegah memeriahkan acara peringatan kita apapun yang kita rayakan sebagai sebuah kebersamaan masyarakat dan komunitas. Mall juga bisa mengajak kita untuk terus mengingat dan “melihat ke bawah”.

Jangan terlalu menyalahkan siapapun atas hal-hal buruk yang terpatri bersama keberadaan Mall.

Ada yang menjadikan berhala, ada pula yang memandangnya sebagai sumber pahala. Semuanya akan menjadi beban pikiran yang senantiasa mendewasakan kita.

Sekiranya sebuah perjalanan mengamati proses pergolakan sosial bisa kita mulai dari memperhatikan kota tempat tinggal kita.

Untuk kali ini, sebuah kampung kecil menjadi sasaran pembahasan kita tentang MEMASYARAKATKAN MASYARAKAT. Kampung kecil itu bernama “Mall”.

Fakta-fakta tentang Mall :
  1. Mal terbesar di dunia berdiri di atas area seluas 7,1 juta persegi. South China Mall, terdaat di kota Dongguan, Cina, dibangun setelah tahun 2004. Ini sekaligus membuatnya menjadi Mall tersepi didunia.
  2. Ada yang memanfaatkan Mall sebagai lahan togel. Ialah Ichai alias Achai yang dalam sekali “puter” di satu bisa mendapatkan Rp 150 juta. Kebiasaannya berpindah-pindah mall hingga ke Singapura membuatnya jadi miliarder hanya dalam waktu 6 bulan.
  3. Sebagian besar pengunjung mall bingung lokasi tempat belanja barang tertentu saat pertama kali masuk sebuah Mall. Inilah asal muasala kini di semua Mall dipasangi aplikasi penunjuk (Map) tentang keseluruhan denah dan isi Mall.
  4. Pria lebih tertarik mengamati orang-orang saat berada di Mall sementara Wanita lebih tertarik untuk berbelanja. Pria lebih interested pada barang-barang non-ritel seperti makanan cepat saji yang tidak mengharuskan mereka untuk “mengepas”.
  5. Di Mall, penilaian tujuan terhadap toko buku lebih kepada tempat untuk membaca dan membuka-buka informasi sambil menunggu sesuatu atau seseorang.
  6. Rata-rata frekuensi kunjungan orang ke mal adalah 6,5 hari sekali dengan variasi wanita tiap 6,1 hari sekali dan pria 7,1 hari sekali. Ini mengindikasikan wanita lebih doyan ke mal dan akhir pekan menjadi waktu yang pas untuk jalan-jalan. Temuan kedua mengenai durasi di dalam mal. Hasil riset menunjukkan rata-rata tiap orang menghabiskan 3,5 jam sekali kunjungan. Angka ini kalau dikonversikan ke satu tahun menghasilkan lama kunjungan 197 jam. Artinya, selama setahun orang mengisi hidupnya selama 197 jam di mal.
  7. Jumlah uang yang diraup Mall di Jakarta dari saku seorang pengunjung adalah Rp 10.921.000,- pertahun. Dalam sekali kunjungan orang rata-rata menghabiskan uang sebesar Rp 194.500,-.


--
Tetap update informasi di manapun dengan http://mippin.com/mobile-bambangsy dari browser ponsel anda !


Bookmark and Share

Tulisan Yang Terkait

post signature


Comments :

2 Tanggapan to “Kampung Kecil Itu Bernama Mall”
Bani Risset said...
on 

Mall...mall...mall.... menyebalkan.

wiyono said...
on 

kunjungan pertama......

Post a Comment

 

My Twitter Updates

Twitter Updates


    follow me on Twitter

    Site Info

          Add to Technorati Favorites   blog-indonesia.com

    Jadwal Shalat


    G
    U
    E
    S
    T

    B
    O
    O
    K

    Hubungi Saya Disini !